Pterygium atau yang lebih dikenal sebagai mata berselaput banyak dialami dikalangan masyarakat, terutama masyarakat didaerah katulistiwa. Penyakit ini awalnya tidak dirasakan mengganggu oleh penderita. Namun hati-hati karena bila terus diabaikan, penyakit ini dapat mengakibatkan kebutaan.
PTERYGIUM
Pterygium adalah suatu penyakit mata yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan massa okular dibagian eksterna, superfisial yang biasanya terbentuk disekitar limbus dan tumbuh hingga permukaan kornea. Pterygium dapat tumbuh menjadi bervariasi mulai dari lesi yang kecil dan atropik hingga lesi yang besar, agresif dan tumbuh dengan cepat sehingga dapat mengubah topografi kornea dan mengubah optical center dari kornea.
Patofisiologi
Patofisiologi pterygium mempunyai karakteristik berupa degenerasi dari kolagen dan proliferasi jaringan fibrovaskular yang diselubungi dengan lapisan epitelium. Area kolagen abnormal ini pada pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan HE menunjukkan adanya basofil. Beberapa faktor risiko pterygium meliputi paparan ultraviolet, mikrotrauma kronis pada mata, infeksi mikroba atau virus. Selain itu beberapa kondisi seperti kekurangan funsi lakrimasi, konjungtivitis kronis, dan defisiensi vitamin A juga berpotensi menimbulkan pterygium.
Epidemiologi
Prevalensi dari pterygium bervariasi dan meningkat dengan peningkatan paparan terhadap sinar ultraviolet. Pasien dengan usia lebih dari 40 tahun mempunyai prevalensi pterygium yang paling tinggi, sedangkan pasien dengan usia 20-40 tahun mempunyai insidensi pterygium yang paling tinggi. Pterigium dapat menyebabkan gangguan fungsi visual, sumber peradangan yang menyebabkan mata merah dan iritasi mata.
Penampakan Klinis
Pasien dengan pterygium mempunyai keluhan yang bervariasi mulai dari mata merah, bengkak, gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
Pterygium tumbuh sebagai jaringan fibrovaskular pada permukaan konjungtiva dan kornea. Bentuk yang paling umum adalah tumbuh pada konjungtiva sisi nasal dan memanjang hingga kornea.
Secara umum pterygium dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. tipe 1 : pterygium kecil, lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi kornea pada tepinya saja.
2. tipe 2 : disebut juga sebagai pterygium primer advanced atau pterygium rekuren tanpa keterlibatan zona optik. Pada tipe ini pterygium tumbuh hingga kornea, namun tidak sampai pada zona optik.
3. tipe 3 : pterygium primer atau rekuren dengan keterlibatan zona optik, merupakan bentuk pterygium yang paling berat, dan dapat menyebabkan kebutaan.
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, tatalaksana pterygium adalah dengan tindakan operasi. Terdapat beberapa teknik operasi yang telah dikembangakan, diantaranya adalah teknik Bare Sclera, McReynold, Transplantasi membran amnion (TMA), Conjungtival flap, dan Conjungtival autograft.
Masalah yang sangat penting dalam penanganan pterygium adalah masalah kekambuhan, yaitu angka kekambuhan pterygium yang sangat tinggi. Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi kontak langsung mata kita dengan cahaya matahari, megnghindari debu dan angin dengan cara menggunakan kaca mata yang tepat.
Masalah yang sangat penting dalam penanganan pterygium adalah masalah kekambuhan, yaitu angka kekambuhan pterygium yang sangat tinggi. Hal ini dapat dicegah dengan mengurangi kontak langsung mata kita dengan cahaya matahari, megnghindari debu dan angin dengan cara menggunakan kaca mata yang tepat.
Status Pasien
Nama :Ny S.
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anamnesis
KU : OD dan OS pandangan kabur
RPS : Pasien mengeluhkan pandangan kabur pada kedua mata. Keluhan ini muncul sudah sejak 4 tahun yang lalu, namun tidak terlalu mengganggu. Keluhan disertai dengan keluhan berupa mata merah, mata terus menerus berair (nrocos), dan rasa mengganjal. Keluhan dirasakan makin lama makin bertambah parah dan mengganggu.
RPD : Pasien pernah mengalami keluhan serupa yaitu saat pasien SMA, diobati dengan obat tetes dan membaik. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Pemeriksaan
OD | OS | |
6/6 | Visus | 1/300; 3/60 (temporal) |
dbn | Palpebra | dbn |
dbn | Konjungtiva | Hiperemis(-), pterigium(+) |
Jernih | Kornea | sdn |
Kesan dangkal, jernih | COA | sdn |
Bulat, sentral, Ø 3 mm, RC (+) | Iris/pupil | sdn |
Jernih | Lensa | sdn |
Jernih | Fundus Media | sdn |
BT; CD 0,3 ; a/v 2/3 | Papil | sdn |
Ref (+) | Makula | sdn |
dbn | Retina | sdn |
N (palpasi) | TIO | N (palpasi) |
bebas | GBM | Bebas |
Diagnosis
OS pterigium derajad III
Terapi
ekstirpasi pterigium
c. lyteers ED 4xODS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar