Kebanyakan
trauma inhalasi terjadi akibat kerusakan langsung pada permukaaan epitel yang
dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada saluran pernafasan. Trauma
inhalasi disebabkan oleh berbagai inhalan. Inhalan dibedakan atas 4 macam
yaitu:
1.
Gas
iritan
Bekerja
dengan melapisi mukosa saluran pernafasan dan menyebabkan reaksi inflamasi.
Amonia, klorin lebih larut air sehingga menyebabkan luka bakar saluran nafas
atas dan menyebabkan iritasi. Gas iritan lain sulfur dioksida dan nitrogen
dioksida kurang larut air sehingga menyebabkan trauma paru dan distress nafas.
2.
Gas
asfiksian
Karbon
dioksida, gas dari bahan bakar (metana, etena, propane) mengikat udara dan
oksigen sehingga menyebabkan asfiksia.
3.
Gas
yang bersifat toksik sistemik
CO
yang merupakan komponen terbesar asap , berhubungan dengan pengangkutan oksigen
untuk produksi energi bagi sel.
4.
Gas
yang menyebabkan alergi
Gas
ini menyebabkan bronkospasme dan edema meyerupai asma.
Patofisiologi
Trauma inhalasi terjadi melalui
kombinasi kerusakan epitel jalan nafas oleh panas dan zat kimia. Hasil
dari pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran
dari udara, partikel padat yang terurai di udara (melalui suatu efek iritasi
dan sitotoksik). Aerosol daricairan yang bersifat iritasi dan sitotoksik serta
gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja sistemik. Partikel padat yang
ukurannya lebih dari 10 mikrometer tertahan di hidung dan nasofaring. Partikel
yang berukuran 3-10 mikrometer tertahan pada cabang trakeobronkial,sedangkan partikel berukuran 1-2 mikrometer dapat
mencapai alveoli.
Trauma inhalasi diklasifikasikan menjadi 3, antara lain :
1.
Trauma pada saluran nafas bagian atas ( trauma supraglotis)
Trauma
saluran nafas atas dapat menyebabkan ancaman hidup melalui obstruksi jalan nafas
sesaat setelah trauma. Jika proses ini ditangani secara benar, edema saluran nafas dapat hilang tanpa sekuele beberapa hari.
2. Trauma pada saluran nafas bawah
dan parenkim paru (trauma subglotis)
Trauma ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan dalam fungsi
paru dan mungkin akan susah ditangani.
Trauma subglotis merupakan trauma kimia yang disebabkan akibat inhalasi
hasil-hasil pembakaran yang bersifat toksik pada luka bakar. Asap memiliki
kapasitas membawa panas yang rendah, sehingga jarang didapatkan trauma termal langsung pada jalan nafas bagian bawah dan
parenkim paru,trauma ini terjadi bila seseorang terpapar uap yang sangat
panas.
3. Toksisitas sistemik akibat inhalasi gas toksik seperti
karbon monoksida (CO) dan sianida.
Inhalasi dari gas toksik merupakan penyebab utama kematian cepat akibat
api,meskipun biasanya trauma
supraglotis, subglotis dan toksisitas sistemik terjadi bersamaan. Intoksikasi
CO terjadi jika afinitas CO terhadap hemoglobin lebih besar dari afinitas
oksigen terhadap hemoglobin, sehingga ikatan CO dan hemoglobin membentuk suatu karboksihemoglobin dan
menyebabkan hipoksia.
Gambaran klinis
Oleh karena
onset terjadinya sering tidak ditangani sesegera mungkin, maka perlu diketahui
tanda-tanda yang dapat mengarahkan kita untuk bertindak dan harus
mencurigai bahwa seseorang telah mengalami trauma inhalasi antara lain :
-
Luka bakar pada wajah
-
Alis mata dan bulu hidung hangus
-
Adanya
timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaring
-
Sputum yang mengandung arang atau karbon (berwarna hitam)
-
Wheezing,
sesak dan suara serak
-
Adanya
riwayat terkurung dalam kepungan api
-
Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan
-
Tanda-tanda
keracunan CO (karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada dalam lingkungan
api) seperti kulit berwarna pink sampai merah, takikardi, takipnea, sakitkepala, mual, pusing, pandangan kabur,
halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma.
Penatalaksanaan
Diagnosis
yang cepat terhadap trauma inhalasi adalah penting untuk penanganan cepat agar
terhindar dari gagal nafas yang berakibat kematian. Pengobatan untuk trauma inhalasi
adalah bersifat suportif.
1. Airway
Jika dicurigai seseorang dengan trauma inhalasi maka sebelum dikirim ke
pusat luka bakar sebaiknya dilakukan intubasi
cepat untuk melindungi jalan nafas sebelum terjadi pembengkakan wajah dan
faring yang biasanya terjadi 24-48 jam setelah kejadian, dimana jika terjadi
edema maka yang diperlukan adalah trakeostomi atau krikotiroidotomi jika
intubasi oral tidak dapat dilakukan.
2. Breathing
Jika
didapatkan tanda-tanda insufisiensi pernapasan, susah bernapas, stridor,
batuk,retraksi suara nafas bilateral atau tanda-tanda keracunan CO maka
dibutuhkan oksigen100% atau oksigen tekanan tinggi yang akan menurunkan waktu
paruh dari CO dalam darah.
3. Circulation
Pengukuran
tekanan darah dan nadi untuk mengetahui stabilitas hemodinamik. Untuk mencegah
syok hipovolemik diperlukan resusitasi cairan intravena. Pada pasien dengan
trauma inhalasi biasanya dalam 24 jam pertama digunakan cairan kristaloid 40-75% lebih banyak dibandingkan pasien yang hanya
luka bakar saja.
4. Neurologik
Pasien yang
berespon/sadar membantu untuk mengetahui kemampuan mereka untuk melindungi jalan nafas dan merupakan
indikator yang baik untuk mengukur kesuksesan resusitasi. Pasien dengan
kelainan neurologik seringkali memerlukan analgetik
poten.
5. Luka bakar
Periksa
seluruh tubuh untuk mengetahui adanya trauma lain dan luka bakar. Cuci NaCl kulit yang tidak terbakar untuk menghindari sisa zat
toksik yang bermakna.
6. Medikasi
-
Kortikosteroid : digunakan untuk menekan inflamasi dan menurunkan edema
-
Antibiotik :
Mengobati infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus Aureus
dan Pseudomonas Aeruginosa pada pasien-pasiendengan
kerusakan paru
-
Amyl dan Sodium Nitrit untuk mengobati keracunan sianida tetapi harus berhati-hati jika ditemukan pula tanda-tanda
keracunan CO karena obat inidapat menyebabkan methahemoglobinemia. Oksigen dan
Sodium tiosulfat juga dapat sebagai antidotum sianida, antidotum yang lain
adalah hidroksikobalamin dan EDTA.
-
Bronkodilator
untuk pasien-pasien dengan bronkokonstriksi. Pada kasus-kasus berat
bronkodilator digunakan secara intavena.
Komplikasi
1. Trauma paru berat, edema, dan ketidakmampuan untuk
oksigenasi atau ventilasi yangadekuat dapat
menyebabkan kematian
2. Keracunan CO dan inhalasi dari hasil pembakaran yang
lain secara bersamaan dapatmenyebabkan
hipoksemia, trauma organ dan morbiditas.
Prognosis
Pada trauma
inhalasi ringan biasanya self limited dalam 48-72 jam. Berat ringannya trauma langsung pada parenkim paru tergantung pada luas dan lamanya paparan serta jenis inhalan
yang diproduksi secara bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar